Senin, 23 Juni 2008

Internet Mendorong Gelombang Baru Pemasaran


HANDPHONE Agus Bunga ‘error’ akibat terlalu banyak panggilan masuk ke nomornya. Pengusaha tanaman hias yang sebagian kebunnya ‘numpang’ di tepi trotoar bekas kantor Karesidenan Banyumas, (tak jauh dari RSUD Banyumas) itu kewalahan menjawab panggilan telepon para calon pelanggannya. Pesanan tanaman hias datang dari berbagai penjuru Tanah Air. Tak cukup energi dan modal untuk memenuhi pesanan, dia meminta tetangganya untuk menghapuskan situs internet yang menjual produknya. Si tetangga-lah yang membuat situs, dan menjadikan unit usahanya ‘meledak’ melebihi kapasitas modal yang dimiliki Agus.

Kisah berikutnya dialami komunitas film di eks Karesidenan Banyumas yang membentuk Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB), Oktober 2007 silam. Mereka membuat situs blog yang dengan teratur melaporkan dinamika kegiatan kepada pengguna internet. Anggota mereka juga memiliki situs blog yang selain mempraktikkan kinerja humas, sekaligus juga menjadi salah satu ujung tombak marketing lembaga. Hasilnya, publik film nasional dan internasional melibatkan mereka dalam berbagai ajang, dan membuat film Banyumas bukan hanya tidak ketinggalan informasi, namun sekaligus mampu mengukir prestasi.
Persamaan dua pengalaman diatas adalah pada besarnya dampak pemanfaatan internet bagi kemajuan dunia usaha, dan lembaga. Pada kisah pertama, memiliki ‘kantor pemasaran’ di dunia maya ternyata memicu penjualan produk berupa tanaman hias. Pada contoh kedua, kepemilikan situs blog mampu meningkatkan kredibilitas lembaga di mata stakeholders, dan berdampak langsung pada kemajuan lembaga. Begitulah, kemajuan teknologi informasi telah menciptakan inovasi baru dalam pengelolaan potensi individu, lembaga sosial dan lembaga bisnis hingga mencapai puncak kesuksesan.
New Wave
Pendiri MarkPlus, Hermawan Kertajaya menamai strategi seperti dilakukan pebisnis dan lembaga kesenian diatas sebagai ‘New Wave Marketing’. Metode ini tidak memerlukan budget sebesar strategi pemasaran konvensional, namun bisa memberikan hasil yang sama. Ini menjadi mungkin mengingat teknologi telah menciptakan jaman baru yang mengubah pola hubungan antara produsen dengan konsumen. Oleh karena itu, teknik semacam ini lekas populer dengan mengusung prinsip ‘Low Budget, High Impact / Biaya Rendah, Dampak (Positif) Tinggi. Mengapa bisa murah, dan mengapa memiliki dampak tinggi?
Trend layanan jasa teknologi informasi tidaklah semakin mahal, namun justru semakin murah. Harga kartu perdana sebuah operator kini hanya berkisar di angka ribuan hingga puluhan ribu, sementara kurang dari satu dekade lalu mencapai Rp 900.000. Dulu, memiliki kantor pemasaran di dunia maya membutuhkan biaya puluhan hingga ratusan juta rupiah, dengan biaya sewa hosting dan biaya jasa webmaster yang tak kalah fantastis. Kini Anda bahkan bisa memiliki lahan di dunia maya secara gratis, dan tak perlu menyewa seorang webmaster berbayaran selangit untuk memiliki sebuah situs. Bahkan jika Anda cukup tekun, Anda bisa membuat sendiri dengan hanya bermodal akses internet belaka.
Dampak internet kadang memang sukar diprediksi, kejutan selalu siap menunggu. Dampak ini terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin banyaknya pengguna internet dunia , khususnya Indonesia. Bulan Maret 2008 silam, sebanyak 24,5 juta orang Indonesia menggunakan interneti. Kian maraknya teknologi gadget yang membuat orang bisa mengakses situs dimanapun dia berada (mobile), membuat Indonesia menempati urutan kedua setelah Rusia dalam memanfaatkan fasilitas Opera Mini, software untuk kepentingan mobile internet. Belum lagi pelaksanaan program pemerintah yang mewajibkan sekolah memiliki akses internet, memperbanyak titik hotspot dan mendorong investasi bidang teknologi informasi. Salah satunya, pelaksanaan proyek yang memungkinkan internet nantinya bisa diakses menggunakan kabel listrik; dengan harga lebih murah, akses lebih cepat dan data lebih banyak.
Tak heran bila para pelajar, mahasiswa, pejabat pemerintah, ibu rumah tangga, artis dan tokoh publik ramai-ramai memiliki situs pribadi utamanya blog. Dimata lembaga bisnis, merekalah pasar potensial bagi produknya. Internet membantu sebuah lembaga, atau sebuah produk bisnis, dikenal luas. Para pegiat film Banyumas misalnya, cukup memberi alamat weblog (situs blog) mereka agar ‘pasar’ potensial mereka menindaklanjuti hubungan kerjasama. Bahkan ada kecenderungan, nama-nama pegiat film yang tidak pernah tercantum di internet menjadi dipandang sebelah mata. Atau simak bagaimana Tonton Taufik, Direktur Utama Rattanland melibatgandakan nilai ekspor rotannya dari saat masih menggunakan pemasaran konvensional (sebesar US$ 30 ribu, 1999) hingga mencapai US$ 1,6 juta (2007) saat memanfaatkan internet marketing. Tak kurang dari Menteri Perdangangan, Marie Elka Pangestu bertatap muka dengannya untuk meminta resepnya agar diterapkan di berbagai lini bisnis di Tanah Air.
Butuh Perencanaan
Para pengusaha sukses merupakan salah satu kelompok paling cepat melakukan adaptasi dan antisipasi atas perubahan yang dinilai akan mempengaruhi kinerja bisnisnya. Sehingga perubahan sosial yang segera terjadi akibat pengaruh internet, tidak mungkin tidak dimanfaatkan kalangan pengusaha. Namun pandangan visioner saja tidak serta-merta memadai untuk langsung mencemplungkan diri ke jagad maya. Lebih berbahaya lagi adalah pola pikir yang mudah terbius keberhasilan orang lain ketika memanfaatkan internet; pola pikir yang berorientasi semata pada hasil yang instan dan serba cepat, dan mengabaikan pentingnya proses. Nukman Luthfie, dari Virtual Consulting memberi nasihat, bila tak ingin hanya sekedar membuang uang, jangan memanfaatkan internet marketing tanpa perencanaan.
Pengalaman Agus Bunga dengan ponsel error-nya, yang lantas diikuti dengan penutupan situs web penjualan miliknya, tidak perlu terjadi bila dia menggunakan aplikasi toko online, kasir online dan ‘pegawai’ admin online. Selama toko yang dijalankan mesin internetnya berjalan, Agus bisa bebas bereksperimen di kebun, atau ikut arisan keluarga. Artinya, dibutuhkan analisis memadai untuk menerjemahkan keinginan dan sasaran sebuah unit usaha, dengan aplikasi teknologi internet yang paling sesuai. Sejumlah riset, seperti analisis perilaku konsumen tetap perlu menjadi dasar desain situs penjualan. Sebagai contoh, situs pasarbatik.com mencatatkan conversion rate (CR) online 1.5% artinya setiap 100 orang yang membuka halaman situsnya, hanya 1-2 orang yang memutuskan membeli. Rendahnya daya beli ini tidak mesti berhubungan dengan harga yang tinggi, namun bisa akibat perilaku konsumen wanita yang cenderung perlu menyentuh (mencoba) dahulu calon busana yang hendak dibelinya. Lalu mengapa produk ‘clothing’ distro di Bandung mencatatkan penjualan online yang besar? Pasar mereka adalah remaja yang lebih memuja desain unik, yang sekaligus sudah mempercayai kualitas clothing asal Kota Kembang. Prinsipnya : saya lihat, saya suka, saya beli. Bukan saya lihat, saya suka, saya coba, saya beli.
Setidaknya sampai saat ini, secara umum pengguna internet masih hanya menempatkan situs penjualan (e-commerce) sebagai pelaku internet marketing. Memang, itu benar. Namun ada banyak jenis internet marketing, misalnya blog korporat (corporate blog), banner ad, viral marketing, dan querilla. Umumnya, blog korporat memberi kesempatan partisipasi konsumen dalam menanggapi isu dan produk yang diluncurkan. Sedangkan banner ad merupakan pola pemasangan space iklan di media-media online. Viral marketing adalah sejenis pesan berantai yang didalamnya mengandung promosi produk atau lembaga tertentu, yang dikirim secara sukarela oleh netter. Dan querilla merupakan partisipasi mereka yang memiliki kepentingan pemasaran ke dalam topic-topik diskusi terentu di dunia maya.
Begitulah, internet memendam potensi yang besar bagi pengembangan bisnis maupun karier perseorangan. Bila perusahaan-perusahaan besar sudah lebih dahulu memesan lahan di dunia maya, dan kemudian diikuti oleh berbagai kelompok dan usaha menengah di kota besar, kota-kota sekelas kabupaten pun segera memasuki fase pertumbuhan internet marketing. Alhasil, tinggal menunggu waktu untuk mengucapkan selamat datang bagi fenomena internet marketing yang bakal segegap gempita televisi kita saat ini.

Oleh : Sigit Harsanto, Konsultan dan Direktur Eksekutif Serat Institute. Contact : seratinstitut@yahoo.com


by TemplatesForYouTFY
SoSuechtig, Burajiru